Sabtu, 30 November 2013

Cerita di LFD (Laboratorium Fisika Dasar)

Yah... LFD begitu cara kami menyebutkan lab. fisika dasar. Lab. ini wajib bagi mahasiswa baru yang  mengambil mata kuliah Fisika Dasar dengan jumlah SKS 3. Kali ini saya pengen cerita tentang keunikan salah satu praktikan LFD. 

Buku respon adalah salah satu perlengkapan yang wajib di bawa oleh seorang praktikan saat akan mengikuti praktikum. Tapi diantara bebrapa praktikan, buku respon yang saya tampilkan nanti adalah yang terunik dari semuanya. Silakan diperhatikan.


 Sebelumnya saya mw minta maaf dulu sama empu-nya buku respon ini, heheheh,  (maaf Hulk_2013) . Coba perhatikan kalimat yang saya beri tanda panah di gambar diatas.. Ketemu gak..? Yang nemu berarti teliti orangnya... Ni adak gak sadar loh nulis begitu RESPON di tulis RESPAWN, ckckck,, katanya sih karena dia seorang gamerrs jadi biasanya respon begitu tulisannya.. Lucu juga gamerss yang satu ini.... 

Masih banyak keunikan lain yang ada di LFD, tunggu postingan2 selanjutnya


Potret Kampus-ku 'UNIVERSITAS HASANUDDIN'



Nah.. kali ini saya ingin mem-posting mengenai keadaan kampusku tercinta “UNIVERSITAS HASANUDDIN”. Kampusku ini terletak di jalan Perintis Kemerdekaan km.10, lebih dikenal dengan nama Tamalanrea sih. Heheheh.. Sekilas, mungkin banyak yang gak peduli dengan suasana kampus, tapi sewaktu saya berkeliling-keliling, saya dapati bahwa ternyata  kampus merahku nan elok ini Alhamdulillah masih rindang gak seperti kampus-kampus kebanyakan yang udah mulai gersang (upss).

Gak percaya nih liat deh bagaimana potret kampus merahku dengan media Nokia Asha (maklum belum punya Android dengan kamera resolusi tinggi).
potret jalan setapak menuju PKM dan bundaran

Banjir Makassar



 Kali ini saya mungkin akan curhat .. hehe, 
ya iyalah masa ya iya dong.. 
Curhatan kali ini tentang kota tempat tinggalku. 
That’s right, Makassar, kota Makassar yang kini telah berkembang  dengan segala rupanya, beserta carut marut kota yang pasti turut serta didalamnya. 

 
Yah… kota Makassar,  lebih tepatnya di jalan Urip Sumuharjo, sering saya dapati hal seperti diatas --- baru hujan dikit aja jalan raya udah tergenang air---, kira-kira apa yang salah coba?? Drainase, sampah, atau..? 
ah entahlah, yang pasti mesti ada penanggulangannya sesegera mungkin. Mengingat persoalan banjir, bisa melumpuhkan aktivitas masyarakat, tak hanya itu kesehatan masyarakat juga bisa terganggu karena hal ini.

Senin, 18 November 2013

Rembulan Bundar

Kepada siapakah kan kubawa
Risalah hati yang kian membuncah
Kepada siapakah ku kan bertanya
Tentang indahnya syurga
Kepada siapakah ku kan mengeluh
Tentang pedihnya luka sembilu
Kepada siapakah ku kan menagih
Utang janji yang tak kunjung me-nyata

Semoga kau adalah orang yang tepat
Untuk segala tanya hati
Terima kasih duhai... Rembulan bundar
Kau ranum, ditengah gersangnya padang kehidupan
Kau berpendar terang, tatkala hatiku gulita
Kau mengangkasa, ketika duniaku menghujam dalam kubangan bumi
Kau menggenapkan hatiku, yang tak kunjung utuh
Kau,
Juwita ditengah padang sabana.

Oleh Syahrir al-Ghifary

Sabtu, 16 November 2013

PAGI

Pagi yang kurindukan,,
Teduh... Itu alasan aku menyukaimu,
Menyejukkan dengan ronamu yang biru,
Namun terkadang kau berubah menjadi abu-abu,
Tapi tak masalah, karena itu memang warnamu.

Pagi yang kunantikan,
Fajar kini mulai menampakkan sinarnya,
membuat dirimu tak nampak untuk sementara,
keberadaanmu begitu singkat terasa,
Itulah mengapa menantimu bagaikan asa...

(Makassar,  Januari 2013)
___cont.

Skripsi dan Emak

Berikut adalah sebuah cerita yang saya kutip dari http://www.identitasonline.net/2012/05/skripsi-dan-emak.html, silakan dibaca... #sangat meng-inspire
--------------------------------------------------------------------------------------------------------- 
 
“Nih, ada surat untukmu.” Caka, teman satu pondokanku menyodorkan sebuah amplop kecil.
            Belum kubuka amplop itu, Putra teriak dari lantai atas, “Hari gini masih surat-suratan… romantis banget…” disusul tawa dari seluruh penghuni pondokan yang ada saat itu.
            “Hus… ini dari Emak di kampung tahu!” kataku.
            “Kirain dari si ehem..ehem…” Putra kembali menggoda tapi aku tak menghiraukannya.
            “Lah, kok masih pake surat? Sekarang kan sudah ada alat komunikasi yang canggih, Handphone.” Riko si wajah bule angkat bicara.
            “Di kampungku signal belum ada Rik, lagian Emak tak punya HP. Jadi selama kuliah aku cuma bisa berkomunikasi lewat surat. Itupun jarang, kalau ada yang penting saja.”
            “Berarti kali ini ada yang penting Jar. Kalau ada apa-apa bilangin kita-kita ya…” ucap Riko sambil berlalu menuju kamarnya.
            “Iya, memang sepertinya ada yang penting.” Gumamku. Dengan sejuta penasaran, aku segera menuju kamar yang ada di lantai dua. Kubuka pintu dan masih memandangi amplop yang di depannya bertuliskan  -Untuk Fajar di Makassar-  kutaruh tas di samping lemari, lalu duduk di tepi ranjang. Kubuka amplop putih itu. Entah mengapa perasaanku jadi tak karuan. Detak jantung menjadi semakin kencang. Amplop itu sedikit basah karena tanganku yang mengeluarkan keringat berlebih. Aku takut di dalam amlpop itu ada berita yang tak bisa kuterima. Tapi kucoba untuk menenangkan diri sebelum membaca kertas yang isinya kutahu jelas bukan tulisan Emak. Pikiranku semakin kacau, mengapa bukan Emak sendiri yang menulisnya? tanyaku pada diri sendiri. Aku memulai membaca surat itu, pertama-tama aku membalas salam dari awal isi surat itu, kulanjutkan membaca dengan sangat teliti. Sesekali kunaikkan ujung kacamataku. Dengan wajah yang tegang kuresapi satu per satu kalimat surat itu. Dua lembar, cukup panjang namun hanya mengabarkan satu pesan pilu, Emak sakit. Sakitnya parah dan dia ingin aku segera pulang.