Jumat, 11 Maret 2016

D-1 for Rantasa

Zzzz... lanjutan dari kemaren, kali ini sebutan kak R akan saya ubah jadi kata ganti orang ketiga yah... cekidottt..
......
Setelah berhasil jadi warga dihimpunan F, akhirnya saya jadi cukup akrab dengannya, tapi belakangan saya tahu ternyata dia akrab dengan saya karena naksir dengan teman akrabku, #walah... tapi, gak masalah sih, karena memang saat itu "I didn't have feeling for him".

Cut. Beberapa bulan berjalan, dan saya gak tau dari mana awalnya, ternyata dia berpindah haluan dari naksir temanku, jadi naksir sama saya.. #kapedeanggku. Pasnya menyet (baca:menyatakan) saya spechless, dan beberapa hari kemudian ditanya lagi, saya cuma jawab "kusayangki juga", hahah..
Emang kalau jawaban begitu jadianmi orang gah.. #tauuu

Dia terlalu rajin ngantar pulang, #modusnya mau pulang juga katanya (ingatkan, pondokku kan bersebelahan pondokannya). Lama kelamaan bosan saya diantar, jadi susah mau pulang bareng teman2. Kalau mau di bilang, kak R ini orangnya agak2 posesif gitu. Tapi, yang pasti dia enak di ajak ngobrol, suka baca, dan pola pikirku sedikit mirip lah (*sedikit).

Sejauh yang saya ingat, saya pernah di pinjamkan kunci lokernya di himpunan, jadi kalau saya punya barang bawaan yg berat saya nitip dah disitu, daripada dibawa balik ke pondokan lumayan ngirit beban bawaan. Saya juga pernah di temani ambil jualan jas lab. (Pas sy jadi koor. Dana dan usaha untuk keg. Bina akrab), tau deh itu kak R modus atau tulus.

Kami sama-sama menyukai bulan, ada cerita tersendiri awalnya, tapi cukup kami saja yang tau. Kak R ini organisatoris banget, bahkan sampai kuliahnya dibela2in gak diikuti, karena sering join ikut demo membela hak masyarakat, terlebih untuk petani. Yah yang dilakukannya memang mulia, tapi sampai kurang peduli dengan akademik itu yg jadi soal.. Tapi sy salut padanya, mengedepankan kepentingam orang lain dibanding dirinya sendiri. . Sampai2 suatu waktu saya pernah menyebut dia seperti lilin.  Yah... Lilin yang menerangi sekitarnya tanpa sadar dia meleleh meninggalkan bentuk awalnya. Begitulah dia bila harus saat dibuat dalam perumpamaan.
Saya bilang dia lilin bukan karena gak ada alasan. Dia banyak bercerita, tentang bagaimana aktivitasnya, apa yang dia rasakan, dan apa yang mau dia lakukan.. Saya senang karena dia mau terbuka, dan saya memang tipikal orang yang selalu mau tahu bagaimana kondisi psikologis teman2ku.

Over all saat dekat dengan dia, dia baik, care, seperti orang-orang pada umumnya. Satu sifatnya yang jarang orang punya ada padanya, PEKA. Yah, dia peka, sama sepertiku (itu pun menurutku), dan itu pula yg menurutku unik dan antik darinya.

Hanya saja sedari awal telah saya tulis, dia agak posesif, dan tak bisa saya imbangi, karena saya AGAK egois. Sampai suatu ketika, saya yang aktif ikut tarbyah membaca petikan dr suatu hadist, bahwa kita dilarang berkhalwat dan berikhtilat (penjelasannya cari sendiri yah, nanti panjang penjelasannya). Setelah brpikir beberapa hari, akhirnya saya ngomang padanya. Menjelaskan niatku untuk mengakhiri hubungan "pacaran" dengannya. Dia bertanya kenapa harus sampai segitunya (dengan wajah kurang puas dengan alasanku). 


TBC

Tidak ada komentar: