Sabtu, 12 Maret 2016

The Day For Rantasa - Happy 25th



Finally, this is ending of the story (i mean ending for i tell for you).

Dia agak kecewa mendengar penjelasanku, tapi saya tetap kekeh dengan pilihan yang sudah saya buat. Setelah berdebat agak lama dia mengalah dan akhirnya i’m free ya’know.
Tak lama berselang saya berharap dia masih bisa tetap menjadi senior yang baik, maksudku masih akrab tapi hanya sebatas kakak dan adik. Harapanku hanya tingal harapan, entah kenapa semenjak itu dia sepertinya benci melihatku, bahkan untuk sekerdar bertegur sapa saja berat. Saya  memang juga tak menyapa duluan, hanya menunggu bila saja saya berhasil bertatp mata dengannya, saya akan tersenyum. Itulah bentuk sapaanku untuknya, kalaupun dia sadar akan hal itu. 

Cut. Setelah sekian lama loss contact, entah bagaimana awalnya saya dan dia mulai akrab kembali. Saya hanya berharap, semoga kehadiranku punya makna buatnya. Saya pernah mengirimkannya sms yang saya kutip dari kran kampus. Dia sangat suka itu.
---
PERGI
Aku ingin lari pada kakiku,
Tapi tidak pada pikirku padamu.
Aku ingin meronta pada tubuhku,
Tapi tidak pada jiwamu.
Aku ingin diam pada mulutku,
Tapi tidak pada jeritmu.
Tertawa tapi seakan menangis,
Menangis tapi penuh akan senyum.
Gila mungkin,
Miring Barangkali,
Atau sinting.

Aku tak mau,
Aku tak rela,
Aku ak sudi,
Karena itu dulu.
Sekarang sudah berbeda.
Bebaslah aku dari semuanya,
Pergi kau...

Aku tidak ingin kegilaan ini menjeratku dalam kegalauan tak berujung,
Menyeretku dalam bongkahan harap tanpa arti tersirat,
Membelengguku dalam arti ketidaksanggupan yang berkepanjangan.

Pergi kau...
Dari pikirku padamu,
Dari hatiku pada jiwamu,
Dari diamku dalam jeritmu,
Aku ingin sendiri memikir, meronta, dan meneriakkan mimpi itu,
Menggapainya dan kutunjukkan padamu,
Agar kau dan dunia tahu,
bahwa aku dapat menggenggam inginKu
---

Hari ini dia tepat berusia 25 tahun. Tak banyak doa kupinta pada Tuhan untuknya. Hanya doa agar kehidupan yang dia jalani bermanfaat bagi orang-orang disekitarnya, terkhusus untuk keluarganya, pesannku sekali lagi untuknya, “jangan jadi lilin, kak.”


Banyak cerita yang say cut, terlalu panjang. Mungkin ceritanya kurang runtun, maklumlah “amatiran”.


 thank's for reading this. ..


Jumat, 11 Maret 2016

D-1 for Rantasa

Zzzz... lanjutan dari kemaren, kali ini sebutan kak R akan saya ubah jadi kata ganti orang ketiga yah... cekidottt..
......
Setelah berhasil jadi warga dihimpunan F, akhirnya saya jadi cukup akrab dengannya, tapi belakangan saya tahu ternyata dia akrab dengan saya karena naksir dengan teman akrabku, #walah... tapi, gak masalah sih, karena memang saat itu "I didn't have feeling for him".

Cut. Beberapa bulan berjalan, dan saya gak tau dari mana awalnya, ternyata dia berpindah haluan dari naksir temanku, jadi naksir sama saya.. #kapedeanggku. Pasnya menyet (baca:menyatakan) saya spechless, dan beberapa hari kemudian ditanya lagi, saya cuma jawab "kusayangki juga", hahah..
Emang kalau jawaban begitu jadianmi orang gah.. #tauuu

Dia terlalu rajin ngantar pulang, #modusnya mau pulang juga katanya (ingatkan, pondokku kan bersebelahan pondokannya). Lama kelamaan bosan saya diantar, jadi susah mau pulang bareng teman2. Kalau mau di bilang, kak R ini orangnya agak2 posesif gitu. Tapi, yang pasti dia enak di ajak ngobrol, suka baca, dan pola pikirku sedikit mirip lah (*sedikit).

Sejauh yang saya ingat, saya pernah di pinjamkan kunci lokernya di himpunan, jadi kalau saya punya barang bawaan yg berat saya nitip dah disitu, daripada dibawa balik ke pondokan lumayan ngirit beban bawaan. Saya juga pernah di temani ambil jualan jas lab. (Pas sy jadi koor. Dana dan usaha untuk keg. Bina akrab), tau deh itu kak R modus atau tulus.

Kami sama-sama menyukai bulan, ada cerita tersendiri awalnya, tapi cukup kami saja yang tau. Kak R ini organisatoris banget, bahkan sampai kuliahnya dibela2in gak diikuti, karena sering join ikut demo membela hak masyarakat, terlebih untuk petani. Yah yang dilakukannya memang mulia, tapi sampai kurang peduli dengan akademik itu yg jadi soal.. Tapi sy salut padanya, mengedepankan kepentingam orang lain dibanding dirinya sendiri. . Sampai2 suatu waktu saya pernah menyebut dia seperti lilin.  Yah... Lilin yang menerangi sekitarnya tanpa sadar dia meleleh meninggalkan bentuk awalnya. Begitulah dia bila harus saat dibuat dalam perumpamaan.
Saya bilang dia lilin bukan karena gak ada alasan. Dia banyak bercerita, tentang bagaimana aktivitasnya, apa yang dia rasakan, dan apa yang mau dia lakukan.. Saya senang karena dia mau terbuka, dan saya memang tipikal orang yang selalu mau tahu bagaimana kondisi psikologis teman2ku.

Over all saat dekat dengan dia, dia baik, care, seperti orang-orang pada umumnya. Satu sifatnya yang jarang orang punya ada padanya, PEKA. Yah, dia peka, sama sepertiku (itu pun menurutku), dan itu pula yg menurutku unik dan antik darinya.

Hanya saja sedari awal telah saya tulis, dia agak posesif, dan tak bisa saya imbangi, karena saya AGAK egois. Sampai suatu ketika, saya yang aktif ikut tarbyah membaca petikan dr suatu hadist, bahwa kita dilarang berkhalwat dan berikhtilat (penjelasannya cari sendiri yah, nanti panjang penjelasannya). Setelah brpikir beberapa hari, akhirnya saya ngomang padanya. Menjelaskan niatku untuk mengakhiri hubungan "pacaran" dengannya. Dia bertanya kenapa harus sampai segitunya (dengan wajah kurang puas dengan alasanku). 


TBC

Kamis, 10 Maret 2016

D-2 for Rantasa 2016

Yay... lama juga gak buat postingan di blog. Karena lampu ditempatku sering padam, sibuk kerja, dan satu yang paling pasti maalass..

sekarang sih saya cuman mau bercerita yang ditujukan untuk saya sendiri , hehhhe... supaya bisa diingat gituu.

Cerita ini tentang seorang seniorku di kampus H. I call him "Rantasa", yahh ... karena dia memang gitu orangnya (Rantasa mean messy). Pertama kali bertemu dia, saat registrasi ulang mahasiswa baru. Waktu itu kak Rantasa ini menjual dagangan (pencarian dana) nya untuk maba, yang lebih khusus lagi buat maba yang sefakultas dengan dia. Saya membeli pita biru-hitam (karena katanya maba musti pake itu pas PMB-Penerimaan Mahasiswa Baru). Saya hanya bingung-bingung, maklum saat itu saya sama sekali belum punya teman di kampus itu, dan saya mmg anak desa yang beruntung lulus dan bisa berkuliah disana. Melihat kak R itu bersama beberapa temannya, ada yang gemuk dan ayu-ayu doraemon. #hahhh :D .. kk R itu sok sangar, tapi yg menarik bukan sikapnya tapi mata sebelah kanannya yang memerah. Ahh sudahlah... yang kupikir saat itu, bagaimana caranya cepat lepas dari tawar-tawaran calon kakak-kakak senior ini.

Nah saat PMB jurusan kak R ini kembalu saya lihat  ternyata dia mendamoingi dosen yang akan memoerkenalkan jurusan F pada kami. Wuihhh tau gak, banyak teman2 ku langsung tersepona sama charmingnya (waktu itu kk ini belum rantasa sih), saya juga sih hohoho.

cut.. setelah lewat satu semester. Kami akhirnya di kader di jurusan, n saat itu kami di handle oleh kk 2 tingkat diatas angkatan kami lalu di oper ke kk 1 tingkat di atas angkatan kami #emangbolayakdioper. Dan ternyata eh ternyata kk R itu satu tahun di atas ku.. iwwaaww.. #apasih. Gak ada yang menarik sih, hanya saja saya pernah berpapasan pas mau pergi pengumpulan (baca:pengkaderan) dengan kk R di lorong depan pondokku, meskipun agak keki tapi tetap junior musti sopan, beru salam sama yang lebih #tua, belakangan saya tau ternyata pondokan kak R itu berhadapan dengan pondokanku.

TBC to D-1 for Rantasa 2016